Kelahiran merupakan suatu anugrah yang di
nanti-nanti oleh seluruh umat manusia. Tidak jarang sebagian dari mereka bahkan
memperingatinya sebagainya sebagai hari yang special.
Tempat pertama kita dilahirkan juga memberikan
kesan yang sangat berarti dan melekat erat sebagai tempat pertama paling
berkesan yang telah menyambut kehadiran kita pertama kali didunia. Maka
kebanyakan orang sangat mengingat tanah kelahiran mereka bahkan tidak jarang
pula tanah kelahiran telah melekat dalam darah daging mereka.
Begitu pula dengan penulis. Di manapun kita di
lahirkan, itulah yang telah anugrah ditakdirkan bagi kita. Penulis dilahirkan
di sebuah daratan yang dengan kehendak Yang Maha Kuasa berbentuk seperti burung
kasuari yang tidak lain merupakan bagian dari Tanah Nusantara Indonesia
tepatnya di kota Sorong, Ibukota Papua Barat. Dengan tidak mengurangi rasa
syukur penulis, menjadi bagian dari tanah Nusantara merupakan anugrah terbesar
karena di manapun daratan tersebut, kita tetap selalu dalam lindungan Tuhan.
Penulis lahir dan besar di sebuah kota kecil dari
bagian barat pulau papua, tepatnya di Kota Sorong. Kota Sorong merupakan kota
terbesar kedua di tanah Papua setelah Jayapura. Kota yang terkenal akan
minyaknya ini, sungguh menyimpan banyak kenangan indah bagi penulis sejak
lahir.
Sudah 10 tahun sejak penulis pergi meninggalkan
kota kelahirannya tersebut untuk menimba ilmu di Pulau Jawa. Hal ini
menggerakkan hati penulis untuk sedikit bercerita tentang kehidupan penulis di
bagian barat Nusantara tersebut. Penulis lahir dan dibesarkan di Kota Sorong
(SOQ) hingga menempuh Sekolah Dasar. Setelah lulus Sekolah Dasar, penulis
melanjutkan sekolah tingkat lanjutannya di Ngawi dan tingkat lanjutan atas di
Kediri. Dan kini penulis melanjutkan pendidikan tinginya di Malang, tepatnya di
Universitas Merdeka Malang. Tentu saja,jika melihat orang yang berasal dari Papua
walaupun bukan berasal dari kota yang sama, penulis merasa sangat senang.
Penulis hanya mengunjungi tanah kelahirannya tersebut pada saat liburan panjang
sekolah sehingga membuat penulis bagitu merindukan semua hal-hal manis yang
penulis alami di sana.
Tapi sayangnya, tidak banyak orang yang berasal
dari Papua tinggal ataupun kuliah di Malang yang penulis kenal. Penulis juga
terkadang menjadi sorotan teman-teman di Malang ketika memperkenalkan diri
karena tidak berkulit hitam atau berambut keriting, serta aksen penulis pun
tidak mencerminkan orang yang berasal dari Papua. Walaupun begitu, penulis
tetap bangga menyebut “saya berasal dari Sorong, Papua Barat”.
0 komentar:
Posting Komentar